proposal judul skripsi matematika



1.      Judul Penelitian
IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA MTS.

2.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan kualitas sumberdaya manusia melalui pembelajaran. Suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan, sehingga semua komponen diperankan secara optimal guna tercapainya keberhasilan dalam proses belajar baik untuk pendidikan pada suatu mata pelajaran maupunpendidikan pada umumnya.
Peningkatan kualitas pendidikan menurut setiap unsur terkait secara intens terus melalukan terobosan dalam proses pembelajaran, berbagai usaha yang dilakukan oleh berbagai pakar pendidikan, khususnya para pakar pendidikan matematikabanyak memperkenalkan dan menerapkan berbagai metode dan pendekatan mengajar, baik pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun perguruan tinggi. Walau demikian, sampai saat ini mutu pendidikan masih menjadi bahan pembicaraan para pakar pendidikan dan masyarakat umum. Konsep pendidikan terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat, karena yang bersangkutan harus mampu mengaplikasikan apa yang dipelajari di sekolah dengan problem yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pendidikan tidak akan terlepas dari proses belajar dan mengajar. Tujuan utamanya diselenggarakan proses belajar dan mengajar adalah demi tercapainya tujuan pembelajaran. Hal penting dalam keberhasilan sebuah proses pembelajaran tidak terlepas dari peran siswa sebagai subjek pelaku pembelajaran, sebab tujuan utama dari proses pembelajaran yaitu meningkatkan kemmapuan yang dimiliki oleh siswa.
Dalam upaya mencapai keinginan dan harapan itu, serangkaian kebijakan dan informasi di bidang pendidikan, khususnya pembelajaran makon terus dikembangkan. Salah satunya melalui efektivitas pembelajaran tiap pelajaran. Begitu pula dengan pendidikan matematika, disekolah-sekolah diarahkan kepada wahana pendidikan untuk mengembangkan sutu potensi yang dimiliki siswa dalam pengetahuan, kemampuan, dan dasar matematika agar setiap orang yang mempelajari matematikamenjadi warga negara yang melek matematika.
Matematika diajarkan karena dapat menumbuhkembangkan kemampuan bernalar, yaitu berpikir sistematis, logis, dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau ide untuk memecahkan masalah. Kekurang mampuan siswa menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tanpa bimbingan siswa akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Pembelajaran merupakan suatu proses yang hanya menyerap informasi dari guru, tetapi jugamelibatkan bergabagai kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan terutama jika menginginkan hasil belajar yang lebih baik.  Metode dalam pembelajaran pada hakikatnya merupakan cara yang teratur dan terstruktur yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan memperoleh suatu hasil.
Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran matematika di Indonesia dirasakan masih kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan komunikasi matematis. Siswa cenderung malu dan ragu untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, mereka hanya menerima informasi yang diberikan guru tanpa ada partisipasi dalam mencari dan menemukan suatu konsep matematika sehingga pola pikir mereka tidak berkembang, padahal proses yang seharusnya terjadi dalam proses pembelajaran adalah siswa aktif berperan, siswa merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan dan siswa menyadari tujuan belajarnya. Namun pengharapan dan kenyataan adalah dua hal yang bertolak belakang, pada kenyataannya keinginan untuk menciptakan kondisi seringkali membuat guru harus mengulas dada dan menghela nafas panjang. Masalah tersebut timbul akibat proses pembelajaran yang tidak menyenagkan bagi siswa. Kondisi yang terjadi sekarang adalah kedudukan dan fungsi guru dalam kegiatan pembelajaran matematika cenderung masih dominan, aktivitas guru jauh lebih besar, proses komunikasinya cenderung masih satu arah, dan pembelajaran yang dilakukan hanya bersifat ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Sebagaimana yang diutarakan Utari, Suryadi, Rukman, Dasari, dan Suhendra(dalam Mulyana, 2007: 4) yang menyatakan bahwa:
pembelajaran matematika masih bersifat tradisonal, yang antara lain memiliki karakteristik sebagai berikut: pembelajaran lebih berpusat pada guru, pendekatan yang digunakna bersifat ekspositori, guru lebih banyak mendominasi proses aktivitas kelas, latihan-latihan yang diberikan lebih banyak bersifat rutin, dan dalam proses belajar siswa cenderung pasif. Dalam kaitannya dengan aktivitas matematika, studi tersebut juga menemukan beberapa kesamaan kesukaran yang dialami siswa secara umum yaitu mengenai penyelesaian soal-soal cerita, cara menerapkan rumus yang tepat, menaksir atau mengestimasi soal serta memberikan alasan terhadap jawaban.
Mencermati hal tersebut di atas, sudah satnya ndiadakan pembaharuan inovasi ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi, metode maupun strategi guna mengoptimalkan potensi siswa untuk mengatasi rendahnya prestasi belajar meatematika siswa, merangsang kemampuan siswa, dan dapat mengaktifkan siswa dalam setiap pembelajaran.
Baskoro (dalam De Porter, 2000: 15) menyarankan pembelajaran matematika di sekolah hendaknya  membuat siswa meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi baik secara kritis, sistematis, maupun logis sejalan dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Ini artinya pembelajaran harus diciptakan dengan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki siswa dengan kondisi belajar yang menyenangkan sehingga siswa merasa nyaman untuk berargumentasi dan mengkomunikasikan informasi yang mereka terima agar dapat memperoleh pemahaman dalam mempelajari konsep-konsep matematika.
Kemampuan komunikasi matematika menjadi tuntutan khusus. Ketika sebuah konsep matematika diberikan oleh seorang guru kepada siswa maupun siswa mendapatkannya sendiri melalui bacaan, maka saat itu sedang terjadi transformasi informasi matematika dari komunikator kepada komunikan atau audiens. Respon yang diberikan komunikan merupakan interpretasi komunikasi tentang informasi tadi. Dalam matematika, kualits interpretasi dan respon itu seringkali menjadi masalah istimewa. Hal ini sebagai salah satu akibat dari karakteristik matematika itu sendiri yang sarat dengan simbol dan istilah.
Membangun komunikasi matematis menjadi salah satu faktor penting dalam belajar matematika. Ini berarti harus diciptakan suasana belajar yang dapat mendorong siswa untuk dapat berinteraksi maksimal ketika proses belajar mengajar langsung. Upaya guru dalam membangun  suasana belajar yang menyenangkan akan membantu siswauntuk dapat menciptkan komunikasi mulltiarah dan meningkatkan prestasi belajar mereka.
Kemampuan komunikasi menjadi salah satu dsyarat yang memegang peran penting, karena membantu dalam proses penyusunan pikiran, dan menghubungkan gagasan dengan gagasan lain. Melalui komunikasi maka diperoleh ide-ide baru, serta pemikiran kreatif dan krritis. Pengungkapan pentingnya komunikasi dalam pembelajaran matematika terdapat dalam buku Connected Mathematics(dalam Wenda, 2006: 3) yang menyebutkan bahwa, ”tujuan daripembelajaran matematika adalah semua murid harus mempunyai kemampuan bernalar dan kecakapan komunikasi dalam matematika”. Sedangkan dalam buku Aplication and Connections (dalam Wenda, 2006: 4) disebutkan bahwa:
salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan dan mengintegrasikan kemampuan komunikasi melalui Modelling, Speaking, Writting, Talking, Drawing, serta memperesentasikan materi yang telah dipelajari.

Salahsatu pembelajaran yang dapat digunakan untuk menciptakan suasana belajar yang dapat efektif yang dapat membangun komunikasi siswa adalah penerapan model pembelajaran Examples Non Examples pada pembelajaran matematika. Penerapan model pembelajaran Examples Non Examples menuntut siswa dapat berkomunikasi matematika yang baik dengan siswa yang lainnya bahkan dengan guru sekalipun, sehingga tidak ada jarak antara guru dengan siswa. Yakni siswa mampu mengungkapkan ide matematisnya baik secara lisan maupun tulisan kepada siswa lain bahkan kepada guru.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul:
IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA MTS.

3.    Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas telah disinggung bahwa matematika dapat melatih kemampuan komunikasi siswa, maka penelitian dilakukan dan diarahkan kepada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diperoleh melalui pembelajaran matematika denganmenggunakan model pembelajaran Examples Non Examples.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
a.    apakah kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Examples Non Example lebih baik daripada model pembelajaran konvensional?
b.    apakah sikap siswa positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples?
Agar penelitian dapat terarah, diperlukan batasan masalah sehingga menjadi jelas batasan-batasannya. Untuk menghindari terlampau luasnya permasalahan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
a.    dalam penelitian ini menggunakan populasi kelas VIII. Sedangkan sampelnya adalah diambil 2 kelas dengan cara random sampling. Kelas pertama digunakan sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples dan kelas yang kedua dijadikan sebagai kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini akan dilaksanakan di MTs Negeri 1 Talaga;
b.    materi yang dijadikan bahan ajar dalam penelitian ini adalah materi kelas VIII pokok bahasan Lingkaran;
c.    model pembelajaran yang digunakan adalah model Examples Non Examples;
d.   penelitian ini dibatasi hanya pada kemampuan komunikasi matematis tertulis dan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model Examples Non Examples.


4.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a.    untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Examples Non Example lebih baik daripada model pembelajaran konvensional;
b.    untuk mengetahui sikap siswa positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples.

5.      Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan setelah penelitian ini dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a.    bagi siswa yaitu dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada pokok bahasan materi Lingkaran dengan model pembelajaran Examples Non Examples;
b.    bagi guru yaitu dapat mengetahui model pembelajaran yang dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi oleh siswa maupun guru dapat dikurangi,
c.    bagi sekolah yaitu dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran matematika;
d.   bagi peneliti yaitu dapat memberikan gambaran tentang model pembelajaran yang cocok digunakan khususnya dalam peningkatan kemampuan komunikasi matematis. Sehingga ketika telah menjadi guru dapat menerapkan atau menggunakan model yang tepat dalam rangka perbaikan pembelajaran matematika.

6.    Anggapan Dasar
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti mempunyai anggapan dasar sebagai berikut:
a.    guru mampu mengimplementasikan penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada siswa;
b.    model pembelajaran Examples Non Examples cocok digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada siswa.

7.    Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekan. (Sudjana, 1996 : 219).
Maka hipotesis yang dapat digambarkan dari penelitian tersebut adalah:
a.    kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Examples Non Example lebih baik daripada model pembelajaran konvensional;
b.    sikap siswa positif terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples.
8.    Definisi Operasional
Definisi operasional ini dimaksudkan untuk menghindari berbagai tafsiran yang mungkin terjadi. Dari tujuan yang ingin dicapai, maka ada beberapa istilah penting yang perlu dijelaskan, yaitu sebagai berikut:
a.    kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan ide matematika kepada orang lain dalam bentuk lisan, tulisan atau diagram sehingga orang memahaminya;
b.    model examples non examples adalah model pembelajaran yang membelajarkan siswa terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar/foto/kasus yang bermuatan masalah.
Previous
Next Post »