Nyanyian
Cinta Di Rantau
Kemelut
tiada henti datang merayu
awal
tahun yang begitu indahnya.
Terukir
kepahitan
di
selubung awan tanah kelahiran,
beranjak
dewasa memasang panorama,
menggapai hasrat yang timbul
di
akal dan perbuatan.
Bunga
idaman bermahkotakan
kepala kerajaan
Ku
tatap tagis
di
matanya
Ku
lihat senyum
di
wajahnya
Aku
berlari dari rimbunan teduhnya pohon,
menjemput panas mentari
dan
pengapnya udara malam.
Aku
tertidur disana sejenak
di
buai harapan
masa depanku
Dalam
tidurku;
Tiada
pagi,
siang
ku berjalan tawarkan kehidupan,
menjemput rindu
yang
sekian masa menoreh mimpi.
Mimpikan
dunia
bertahtakan
mutiara.
Mengejar
rindu
sampai
terlupa waktu,
dimana
azan mengalun
tiada aku hiraukan,
dimana peluh mengguyur
aku
tiada peduli.
Semangat
muda bertalikan kepahitan.
Sekali
mata tersenyum,
bertemu
fajar
yang
entah hari berselimut awan,
tapi surga tersembunyi disebaliknya.
Aku
rangkaikan kata
meniti pertalian
dimana
kedustaan terlupakan.
Berenang
rakit ketepian
dan
singgah di kemenangan,
kemenangan
sesaat menggapai mimpi.
Tertawan
hasrat menggapai rindu.
Cinta,
engkaulah
cintaku,
kasih sayangku,
penyejuk
lukaku
yang
kemarin tertoreh duri asmara
Aku
gapai cinta,
bersama
dia si lowet jingga
yang
terpancar di pelangi indah.
Engkaulah
bidadari hati
yang sedang mandi di rintiknya hujan,
taburkan
warna indah di langit.
Berkibar
pergi.
Memahkotakan
rindu dengan kemesraan,
yang
aku takutkan.
Takut
aku
dengan
azab dan
murka tuhan.
Mengapa
cinta bisa sampai murka,
aku
yang khilaf
atau
unsur kesengajaan.
Ku
ukir cinta di masa depan cinta
Engkaulah
bunga hati suci
yang aku campakan,
karena
aku kumbang manja,
menghisap manis madu
di kelopak layumu.
Dan
ku siram akar bunga itu
dengan
madu harapan,
Tapi
madu tiada harumkan lagi sucimu,
Dan
waktu bergulir begitu manja,
memapah asa membujuk dewasa.
Rimbun
pohon yang bersahaja,
halangi indah purnama
yang
kemarin bulan aku tunggu
Entahlah
dimana letak semuanya,
toh
bunga yang seolah
tak menghargakan kesungguhan cinta.
Aku
tersenyum luka.
Mengenang
awal dan akhir.
Berulangkali
hati keresahan.
Tergilis
rindu yang memilukan.
Dan
kedustaan..
Disini..
Aku
temukan rindu dan pengharapan.
Walau
sekilas,
Tampak
berjuta kesan.
Disini..
Aku
tahu kecewa,
Setia,
Walau
sekilas,
Membujuk
jiwa untuk dewasa.
Disini..
di tanah orang
Aku
mengenal derita
Merasa
Menjadi
pengajaran cukup bermakana.
Disini..
sesakan mengusik mimpi
yang
sekian hari
makin
mendalam
Inikah
yang namanya sesalan????
Aku
coba cuci dengan air mata darah
tiada kau luntur,
Ku
berenang di lautan duri,
sampai
badan bermandikan darah.
Nyata
sesalan
lebih menyakitkan.
Aku
berbisik
pada
sepoi angin yang melambai,
Dan
aku menaburkan haruman kasturi
pada
pangkuanku,
dan
entah darimana bintang kau taburkan,
sementara
langit gelap gulita
Aku
terbangun dari tidurku:
Dan
rindu
bagai halilintar menyambar tubuhku,
Rindu
mulai bertahta
dan
menusuk hati akan sejuknya udara,
akan
manisnya bidadari pagi
Ramahnya
cinta
Ku
tinggalkan sesalan kepahitan
yang
berkubur di hati
dan
kadang menggoda malam.
Keceriaan
senda tawa teman seperjuangan,
kita
tetap
tiada terpisahkan waktu.
Waktu
dimana enggan pertemukan kita.
Ku
berjalan dan menoleh ke depan,
tampak
senyuman,
anggukan,
menuntun
air mata
yang hampir kering
dan
bergamti warna.
Indah
nian alam ku pijak,
menyankal persimpangan di dalamnya,
guyub
dan kegotong royongan
kehidupannya.
Ku
tatap cinta
yang
bertumpuk di gubuk reyotku,
penuh
debu.
Bertahun
waktu
tak
pernah ku curahkan rindu.
Bersandar
badan
di
bangku-bangku bambu
yang sempat aku bersihkan sejenak.
Ku
tatap
rembulan
di langitnya,
ku
kejar awan yang berubah-ubah.
Menggambar
hakikat hidup manusia.
Tiada
tetap di satu martabat
Sesaat..
Ku
peluk cinta
dan
ku toreh segala pengalaman
dimana rantau begitu kejam
Lebih
kejam
dari
kota kematian.
Wahai
dunia..
tidakkah engkau tahu,
aku
pembawa ceria di siang
dan
penjelajah mimpi
dikala
malam.
Tapi
tiada aku pahami dengan cinta,
Yang
sering
singgah
dan pergi.
Wahai
dunia..
di tahun mana
aku
akan menuai cinta
seperti
petani menuai padi semusim sekali
Dan
di musim mana
aku
akan menuai hasil cinta,
aku
pelita hidup
dan
memberi obor
kebimbangan
Apakah
kematian indahku akan dicari dunia???
Carilah
saat aku tiada
Alunkan
kesedihanku
di
setiap hari-harimu
Dendangkan
cintaku
yang akan aku simpan
di
setiap
kata-kata rinduku.
Aku
mawar indah di taman mimpi,
tapi
aku bukan putera padang pasir
yang
mengenal banyak musim
Aku
hanya anak gunung
yang lahir di kampung pesawahan,
di
padang ilalang,
dihimpit
dua musim.
Naluriku
cinta sejati bukan “Matrelialis dan Pancaroba”