Serpihan Cinta



Serpihan Cinta

Bertajuk bernada canda,
 ku merangkai indahya nyanyian
menjadi segenggam bunga,
 kumelenggang diantara haruman bermekar
mencari pemerhati peri,
 peri-peri cantik yang menjelma di bawah mentari.

Tiada kusangka hati,
 berjalan bicara menyapa sanksi
 dimana dua hati dari satu hati bercadarkan madu.

Aku sapa dengan cinta,
Berbulan lama kugantungkan kerap harapan,
 keacuhan bernadakan samara,
sedangkan sicadar madu
seolah menanti
 penuh siksa cinta,
Cinta ynag aku punya berharap singgah dipelukannya,
 tapi keegoisan di hati aku sikumbang madu,
menelantarkan madu,
 penyegar hati
penyelamat kehidupan,
 masa depan
sampai detik ini aku belum sempat membalasnya.
Aku dengan bangganya mendekati siksa hati,
 karena cinta
yang deritanya tiada akhir.

Menghitung detik
berlari menit
kukejar jam,
 ku dakap hari melangkah minggu, bulan.

Ku jemput senyum diatas kemesraan, kebaikan yang bertabur
 bagai mutiara lembut
yang sejuk menyentuh
 dasar hati,
yang kehampaan mengisi waktu selama ini.

Kebaikanmu tiada tertunaikan
 aku membalasnya.
 Apakah dengan zamrud kekayaan ataukah kepingan logam dunia atau
segunung masa depan yang penuh cinta.
Dan cinta
 yang memungkinkan ada dan tiada.

Ku serah cinta mengalihkan kekecewaan di hatimu karena dusta setahun,
 bertahun entah mana janji kau tanam bertahun jalan mana kau capai
demi memupuk lahirnya
rasa kecewa,
 bagai rembulan tersinar mentari, tersenyum dia padaku namun lusuh warnamu.
Tiada keindahan di purnama bercahaya, begitulah siksa cinta,
 mampu menelan nyawa.

Aku tahu siksa cintanya
Aku tahu sedalam samudera penderitaannya.

Coba aku alihkan perhatiannya,
 dengan manja dan harapan
aku tawakan canda
 agar senang bersamaku
walau di belakangku
memandang surga
yang tak tampak.

Aku lafazkan harapan
di keberanian purnama
yang sepilah
 tiada nampak gemintang,
 romdon bulan penuh pengampunan
 yang penuh dambaan umat muslim,
 ditelan kepiluan malam
yang menjelma
bagai srigala yang mengejar tiada lelah, dimimpi insan yang semasa bangun bermandikan ketakutan
 peluh.

Tiada kebaikan sekilas aku bangga,
hanya kemurkaan yang menghilang
digapai pemapah cinta dan pengharapan.
Tiada cukup sekali ku ukir janji
karena sejuta kata cinta
yang bernadakan api,
 api kecemburuan dan takut kehilangan, harapan dan masa depan yang tergantung di bola matamu
Sekali siksa seolah cobaan. Dugaan
“Oh cobaan”
Ku katakana sembilu,
 kubisikan lara,
 ku dendangkan kerinduan
untuk mengetuk hatimu,
 dikala malam akulah si pungguk malang yang menantikan rembulan,
 menjelmalah dalam mimpi manisku menggapai bintang surga yang dijanjikan Tuhan untuk mereka yang memiliki cinta.

Cinta yang tiada batas diawal
dan diakhir
Walau aku anak cinta
dan cinta yang menghidupkan jam lonceng di mercusuar menara Eiffel.

Akulah cinta
yang memberi penyejuk dunia.
Akulah cinta
 yang membawa fitrah tuhan untuk hambanya.

Tapi apa kata hati diselimut cinta kabaikanmu dimana pengertian tiada aku dapat dimana kesimpulam membelenggu pemahaman.
Pemahaman mana yang aku cari dikemelut penuh onak dan duri.

Aku berenang di dalamnya
 mencari tepian cinta yang sulit aku capai.

Mungkin tercapai mimpi indah
yang sempat aku bisikan
ke peri mimpi
yang bernyanyi mengintari ranjangku? ranjang bambu
berhelaikan tikar mewah jerami
berbantal lengan.

Tiap ngigau aku ukir namamu di helaian daun pisang yang bertumpuk pengganti kertas.

Akulah cinta
yang terluka oleh cinta.

 Cinta aku cuma berteman pena dan terkubur di helaian kertas-kertas lusuh tersiram cinta
yang kadang pergi
dan mengalir di pipi.

Serpihan cinta
yang mekar dihalaman pemiliknya
dan aku penggodanya,
menggoda lewat kata hati
dan di tahun mana
akan aku fahami.

“ Ku puja kamu sekian kali dan aku dapat balasannya”.
Derita memang cinta
 dan cinta itu derita,
 dan aku cemburu,
 sepertinya bahagia cinta
itulah orang lain.

Ku dirikan tuk kesekian
dan aku hancur tuk berangan.
Akulah lahir dari siksa cinta,
 dari harapan hampa
dari kebaika semu semata.

Mengapa dunia menyapa cinta????

Mengapa tuhan melahirkan cinta????


Previous
Next Post »