SEJARAH GUNUNG SIREUM DESA WADOWETAN

GUNUNG SIREUM (SEMUT)

Konon katangya Gunung Sireum yang berada di Desa Wadowetan Kecamatan Bantarujeg menyimpan sejarah Sangkuriang yang hendak membendung sungai Cilutung yang letaknya di Bantar Merak.
Mengapa disebut Gunung Sireum?
Gunung Sireum menyimpan sejarah yang luar biasa. Pada jaman dahulu tiap malamam Mulud para sesepuh atau orang tua dahulu suka ngabungbang di puncer (puncak) Gunung Sireum, dengan tujuan yaitu untuk menyepi semalamam demi mengasah (menajamkan) ilmu yang mereka punya. Puncer Gunung Sireum ada tiga, dan di puncer yang kedua ada lubang yang sangat besar, konon katanya lubang itu sebesar wadah carangka. Dan kata sesepuh kalau kita iseng memasukan batu kelubang tersebut pada sore hari, kalau pagi menjelang batu itu sudah ada di luar lubang lagi. (anehhhhhh)
Selain dengan itu di puncak Gunung Sireum suka ada pelangi yang menyala dikala pagi atau sore hari, konon katanya ada bidadari yang lagi mandi di sebuah leuwi. Karena di Gunung Sireum ada lebak atau sungai kecil yang orang tua dulu menyebutnya Cihaniwung dan Cisadane. Katanya lagi lebak Cihaniwung itu nunjang ngidul (airnya menuju ke selatan) dan Cisadane nunjang ngaler (airnya menuju ke utara) dan pertemuan antara Cihaniwung dan Cisadane merupakan tempat pemandiaan Bidadari dari Kahyangan. (walahu alam)
Gunung Sireum pada jaman dahulu tidak serimbun yang sekarang, pantas sajah kalau orang tua terdahulu suka ngabungbang di puncaknya.
Bukit yang menjulang di sebelah selatan Blok Margaluyu Desa Wadowetan itu ternyata didiami oleh seekor semut raksasa yang konon katanya semut itu sebesar kambing. Kata orang tua dulu yang ilmunya sakti-sakti sering melihat semut tersebut kalau mereka sedang ngabungbang. Dan ada yang pernah mengatakan bahwa lubang semut tersebut panjangnya sampai ke Gunung Cireumay.
Dengan demikian maka orang tua dulu menamai bukit tersebut menjadi Gunung Sireum dan sampai sekarang.
Yang disayangkan lubang tersebut kini sudah tiada karena ulah manusia yang entah mengapa menutup lubang tersebut secara permanen. Akan tetapi kita sebagai generasi penerus tolong peninggalan sejarah itu dilestarikan supaya anak cucu kita nanti tetap tahu. Kalau ada kebersamaan antara pemerintah dan masyarakat bisa juga tembok penutupnya dibongkar, dan tempet tersebut dijadikan obyek wisata sejarah.
Previous
Next Post »